Posted by : AnovA Tuesday 25 June 2013

Saya adalah seorang interista sejak tahun 1998. Saya tidak tahu mengapa saya begitu mencintai Internazionale hingga saat ini. Saya masih ingat betul lima belas tahun yang lalu, saya menyaksikan Internazionale yang kalah secara tidak adil dari Juventus pada tanggal 26 April 1998. Namun, anehnya kekalahan itu justru membuat saya jatuh cinta dengan Inter. Aneh? Tidak logis? Percayalah, jatuh cinta itu tidak pernah logis.

Saya semakin bangga dengan La Beneamata ketika Inter meraih scudetto pada tahun 2007 yang telah anda impikan sejak anda menggantikan Angelo Morratti, ayah anda. Dua belas tahun adalah waktu yang sangat lama untuk menantikan kebanggaan tersebut. Saya tahu anda mencintai Inter. Anda rela mengeluarkan banyak uang untuk mendatangkan Ronaldo, Cristian Vieri, dan banyak bintang yang anda datangkan demi meraih scudetto. Puncak kebanggaan saya sebagai interista, tentu saja adalah ketika Il Biscione meraih kejayaan sebagai klub italia pertama yang meraih Treble Winner. Dengan fakta bahwa Inter adalah satu-satunya klub yang tidak pernah turun dari Serie A, saya semakin membanggakan klub ini sebagai klub terhebat di Italia. Bahkan rival kita, Juventus belum pernah meraih kehormatan tersebut. Hanya Inter. C'e Solo Inter.

Sejak meraih treble tersebut, Inter belum pernah kembali ke puncak tertinggi Serie-A. AC Milan, dan Juventus kembali membuat Inter seperti pecundang. Namun saya tidak sekalipun meninggalkan Inter. Saya tetap mencintai Inter di saat kalah, karena saya tahu pasti saya mencintai Inter bukan karena banyaknya gelar atau Inter yang tak pernah kalah. Saya mencintai Inter dari hati yang paling dalam.

Musim lalu, adalah musim terburuk bagi Internazionale. Mungkin saya tidak perlu membahas lebih lanjut mengenai musim terkutuk itu. Musim yang buruk itu telah berakhir, dan kini saatnya menatap dan memperbaiki diri untuk menjadi penantang juara di musim depan. Anda tahu pasti hal itu Signor Morratti. Anda memberikan kepercayaan pada Walter Mazzarri sebagai pelatih. Staff pelatih dan staff teknis juga mengalami perubahan, mengantisipasi agar badai cedera yang menghancurkan Inter musim lalu tidak terulang.

Namun ada satu hal yang masih mengganjal di hati saya, Signor Moratti. Saya ingin mempertanyakan kebijakan mercato Internazionale. Apakah Inter tidak belajar dari musim lalu dan musim-musim sebelumnya? Inter memiliki salah satu akademi sepakbola terbaik di Italia. Saya yakin kualitasnya tidak kalah dengan Akademi Sepakbola Ajax Amsterdam, Akademi Sepakbola Manchester United, maupun La Masia, Akademi Sepakbola FC Barcelona. Scout Internazionale pun memiliki mata yang sangat jeli untuk memantau bakat-bakat terbaik dari Italia maupun dari penjuru dunia.

Inter pernah memiliki Andrea Pirlo. Saat ini ia adalah tulang punggung Azzurri dan pengatur permainan AC Milan dua tahun lalu dan kini, registra Juventus. Inter pernah memiliki seorang Mattia Destro. Apa yang Destro lakukan musim lalu? Ia mengantarkan Roma ke final Coppa Italia. Ia mencetak gol ke gawang Inter. Lalu Inter pernah memiliki bakat muda bernama Phillipe Coutinho. Inter menjualnya ke Liverpool dan kini ia menjadi pemain kunci di sana. Dua pemain tersebut adalah pemain muda yang pernah Inter miliki. Anda bahkan dapat membeli beberapa orang Destro dan beberapa Coutinho dengan uang yang anda keluarkan untuk membeli Ronaldo maupun Cristian Vieri.

Tahun ini, La Azzurini menjadi finalis di EURO U-21 di Israel. Empat difensore dan seorang kiper yang menjadi tumpuan pertahanan L'Azzurini, hanya kebobolan 5 gol. L'Azzurini memiliki Francesco Bardi, seorang kiper muda berbakat. Di kanan ada Giulio Donati, lalu ada Luca Cardirola dan Matteo Bianchetti di tengah. Semuanya adalah pemain Akademi Sepakbola Inter. Inter menjadi tumpuan pertahanan L'Azzurini.

Saya benar-benar kecewa ketika Inter menjual Donati ke Leverkusen dengan harga tiga juta euro. Mungkin jika anda bersabar, memberi Donati waktu dan kesempatan bermain anda bisa menjualnya dengan harga sembilan juta euro atau lebih dalam tiga atau empat tahun lagi. Kini saya mendengar berita Inter akan menjual Luca Cardirola. Apakah Inter tidak pernah belajar dari masa lalu?

Saya yakin Inter memiliki dana untuk membeli pemain baru sebagai pengganti pemain yang pergi dari Inter. Saya sangat yakin kecintaan anda kepada Inter membuat anda rela mengeluarkan dana untuk membuat Inter selalu lebih baik. Namun apakah anda rela membuang aset berharga dari Akademi Sepakbola Inter?

Inter masih memiliki Francesco Bardi, Issac Duncan, Joel Obi, Marco Benassi, Matteo Bianchetti dan banyak pemain muda lain. Yang mereka perlukan hanyalah waktu, kesempatan bermain dan kesabaran anda, signor Morratti. Inter bukanlah tim sekelas Udinese yang selalu membeli pemain muda, mengasahnya dan menjual pemain bintangnya setiap musim. Inter dapat meniru Ajax Amsterdam, maupun Manchester United, bahkan Barcelona. Inter muda memiliki potensi. Apakah anda tidak sadar dengan hal itu?

Saya sebagai interista tentu saja tidak ingin kejayaan Inter berlangsung sekali dalam sepuluh tahun. Saya sebagai interista selalu ingin Inter dapat berjaya selama bertahun-tahun. Saya mungkin seorang interista yang bodoh, yang lebih rela melihat Inter kalah namun dapat memberi saya harapan untuk musim-musim berikutnya. Bagi saya, Inter adalah harapan. Harapan dalam biru dan hitam. Seperti jersey kebanggaan Nerazzuri.


AnovA
yang mencintai Inter

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Blogger templates

Labels

- Copyright © anovanisme -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -